PerKlik.com – Ketegangan kembali memanas di kawasan perbatasan India dan Pakistan, termasuk wilayah sensitif Kashmir, setelah serangan rudal dari India memicu baku tembak sengit antara militer kedua negara pada Rabu (7/5) dini hari. Konflik bersenjata yang terjadi dalam beberapa jam terakhir ini menewaskan sedikitnya 36 orang dari kedua belah pihak dan melukai puluhan lainnya, memicu kekhawatiran eskalasi lebih besar di kawasan yang telah lama menjadi titik nyala konflik bersenjata antara dua negara bersenjata nuklir tersebut.
Menurut laporan AFP, bentrokan bermula saat India meluncurkan Operasi Sindoor, serangan militer terencana yang melibatkan pesawat tempur dan drone terhadap wilayah perbatasan Pakistan. Dalam pernyataan resminya, juru bicara militer India menyebut operasi ini menargetkan “sembilan kamp teroris” yang diklaim sebagai basis militan yang beroperasi di balik garis perbatasan Pakistan.
Salah satu pilot Angkatan Udara India, Letnan Vyomika Singh, mengatakan bahwa serangan dilakukan untuk menindaklanjuti aksi teror yang terjadi pada 22 April lalu di Kashmir, yang menewaskan 26 turis – sebagian besar warga negara India. New Delhi menuding kelompok militan yang berbasis di Pakistan sebagai dalang di balik serangan mematikan tersebut, dan menyatakan bahwa operasi ini adalah bagian dari “langkah pencegahan dan balasan terukur”.
Namun, serangan rudal tersebut justru memicu kerusakan besar di wilayah sipil Pakistan. Otoritas Islamabad menyebutkan bahwa serangan dari India telah menyebabkan 26 warga sipil tewas, termasuk beberapa anak-anak, dan menghancurkan beberapa fasilitas publik seperti masjid serta bangunan tempat tinggal di wilayah perbatasan. “Tindakan India adalah pelanggaran hukum internasional dan kemanusiaan,” ujar perwakilan Kementerian Luar Negeri Pakistan dalam konferensi pers.
Sebagai respons atas serangan tersebut, Pakistan meluncurkan serangan balasan berupa rentetan tembakan artileri dan serangan udara terbatas. Militer Pakistan mengklaim telah menembak jatuh lima jet tempur India, termasuk pesawat tempur modern Rafale dan Su-30, meski klaim ini belum mendapat tanggapan resmi dari otoritas militer India. Dalam serangan balik ini, New Delhi mengonfirmasi bahwa sedikitnya delapan orang, termasuk satu balita, tewas akibat tembakan dari pihak Pakistan.
Seiring baku tembak yang terus berlanjut di sepanjang Garis Kontrol (LoC) – garis demarkasi de facto yang memisahkan Kashmir yang dikuasai India dan Pakistan – situasi di lapangan dilaporkan semakin genting. Ribuan warga sipil dari kedua sisi dilaporkan mengungsi ke tempat yang lebih aman, sementara pemerintah daerah di Jammu dan Kashmir memerintahkan penutupan sekolah serta fasilitas publik sebagai langkah antisipasi.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan beberapa negara besar seperti Amerika Serikat dan China mendesak kedua pihak untuk menahan diri dan membuka jalur diplomasi. “Kami sangat prihatin dengan meningkatnya eskalasi antara India dan Pakistan. Dialog damai dan transparansi investigasi terhadap insiden sebelumnya harus menjadi prioritas,” kata Juru Bicara Sekjen PBB dalam pernyataan resminya.
Sementara itu, Pakistan mendesak komunitas internasional untuk melakukan penyelidikan terbuka atas tudingan India terkait serangan 22 April di Kashmir, dan menolak keterlibatan mereka. “Kami menginginkan keadilan, bukan konflik. Tuduhan India tidak berdasar dan kami siap menyambut pengawasan internasional,” ujar Menteri Luar Negeri Pakistan.
Kashmir sendiri merupakan wilayah pegunungan di Himalaya yang telah lama menjadi sumber konflik antara India dan Pakistan sejak pemisahan kedua negara pada 1947. Wilayah ini terbagi menjadi dua administrasi: satu bagian dikuasai India, dan satu lagi oleh Pakistan, namun kedua negara sama-sama mengklaim wilayah itu secara keseluruhan. Selama puluhan tahun, Kashmir menjadi ajang pertempuran kelompok militan, gerakan separatis, dan operasi militer besar-besaran.
Meski ini bukan pertama kalinya ketegangan antara India dan Pakistan meningkat di wilayah perbatasan, eskalasi terbaru kali ini dianggap sebagai yang paling berdarah dalam beberapa tahun terakhir, dengan kekhawatiran akan pecahnya konflik berskala lebih luas jika situasi tidak segera dikendalikan.(Tim)
Tidak ada komentar