
PerKlik.com – Di antara ratusan kedai kopi di Pontianak, ada satu tempat yang tak pernah sepi pengunjung dan sudah jadi legenda sejak puluhan tahun: Kopi Asiang. Berlokasi di Jalan Merapi, kedai ini bukan sekadar tempat minum kopi, tapi juga pusat cerita unik tentang sang pemilik, Koh Asiang, yang terkenal meracik kopi tanpa mengenakan baju selama lebih dari 30 tahun.
Ritual Pagi di Kedai Legendaris
Minggu, 4 November lalu, matahari bahkan belum tinggi saat kursi-kursi di kedai berbentuk ruko itu hampir penuh. Waktu baru menunjukkan pukul 07.00 WIB, tapi sekitar 80 orang sudah duduk, kebanyakan memesan menu yang sama: kopi hitam panas.
Kopi di sini disajikan dalam cangkir keramik Cina tempo dulu yang mungil, bermotif bunga pacar hijau pupus—mengingatkan pada suasana kedai kopi zaman dahulu.

Aksi Barista Tanpa Baju
Begitu pesanan dipanggil, perhatian langsung tertuju pada meja racik di depan kedai. Di balik rak setinggi dada, Koh Asiang sedang menuang kopi dari teko saring ke cangkir dengan teknik tarik-ulur khas Hainan. Gerakan ini membuat kopi berbuih di permukaannya, sambil mengeluarkan aroma yang begitu kuat.
Yang membuatnya istimewa, tubuh tinggi kekar Koh Asiang dibiarkan terbuka tanpa baju. Keringat bercampur uap kopi mengalir, tapi tangannya tetap cekatan meracik. “Kadang-kadang dingin kalau kena angin, tapi saya enggak pernah masuk angin,” ujarnya sambil tertawa.
Bagi Koh Asiang, telanjang dada bukan gimmick, melainkan identitas. Ia sudah melakukannya sejak pertama kali turun tangan di kedai keluarganya, dan cara inilah yang membuatnya dikenal media nasional bahkan internasional.

Sejarah & Rahasia Rasa
Kedai Asiang berdiri sejak 1958, dirintis oleh ayah Koh Asiang. Kini, tradisi itu diwariskan kepadanya. Rahasia kenikmatan kopi terletak pada biji robusta asli Kalimantan Barat yang diolah sendiri—mulai dari proses sangrai hingga giling.
Takaran pun dijaga ketat: satu teko air mendidih untuk lima sendok kopi. Air harus benar-benar panas agar aroma keluar maksimal.
Sensasi Menyeruput Kopi Asiang
Kopi hitam tanpa gula pesanan saya disajikan langsung oleh Koh Asiang. Seruput pertama menghadirkan rasa pahit khas robusta, tapi buih hasil teknik Hainan memberi sensasi lembut di lidah.
Untuk pelengkap, Koh Asiang merekomendasikan kue bingke—penganan manis khas Pontianak yang berpadu harmonis dengan kopi pahit.

Jam Buka & Harga
Kedai ini buka pukul 04.00–16.00 WIB setiap hari. Namun, Koh Asiang sendiri biasanya hanya meracik hingga siang hari sebelum digantikan karyawan. Bagi yang ingin merasakan suasana paling hangat, datanglah saat subuh.
Harga kopinya pun sangat terjangkau:
Warisan Rasa yang Terus Hidup
Di tengah maraknya kafe modern, Kopi Asiang tetap mempertahankan metode lama, cangkir klasik, dan suasana hangat khas kedai kopi tradisional. Koh Asiang bukan hanya meracik minuman, tapi juga menjaga warisan rasa yang telah hidup lebih dari setengah abad di Kota Khatulistiwa.
Jika ke Pontianak, jangan pulang sebelum menyeruput secangkir kopi dari tangan barista legendaris ini.(tim)
Tidak ada komentar