TKW Asal Kerinci Disiksa Sadis di Malaysia: Kepala Disetrika, Wajah Tak Dikenali

admiin
6 Agu 2025 15:52
Daerah HUKUM 0 120
3 menit membaca

PerKlik.com – Hati siapa yang tak hancur melihat seorang ibu pulang dari tanah rantau dalam kondisi tubuh penuh luka, wajah tak lagi dikenali, dan pikiran yang tak utuh lagi. Itulah yang dialami Ida (47), tenaga kerja wanita (TKW) asal Desa Koto Lebuh Tinggi, Kecamatan Siulak, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.

Ida, ibu dua anak yang telah menjanda, berangkat ke Malaysia pada tahun 2023 dengan satu harapan: memperbaiki nasib dan menyekolahkan anak-anaknya. Namun, langkahnya menyeberang ke negeri jiran justru menjadi mimpi buruk yang membuat tubuh dan jiwanya hancur.

Tanpa melalui prosedur resmi TKI, Ida berangkat sendiri ke Malaysia lewat jalur darat. Sesampainya di Penang, ia bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah seorang warga lokal. Awalnya, komunikasi dengan keluarga di kampung masih berjalan lancar. Ia rutin menelepon anak-anak dan bahkan mengirim uang untuk kebutuhan mereka.

Namun, setelah pindah ke majikan kedua, semuanya berubah.

Menurut adik korban, Cindy, kekerasan mulai terjadi saat bekerja di rumah majikan yang kedua. Ida sering dipukul, hingga pada suatu titik ia mengalami trauma berat. Lebih parah lagi, kepala Ida disetrika oleh majikannya sendiri. Luka bakar dan memar membekas di seluruh tubuh. Saat ditemukan di rumah sakit Penang, kondisinya sungguh tak layak disebut manusia sehat.

“Saya sampai tidak mengenali wajah kakak saya lagi. Dia penuh luka, di kepala ada bekas setrika. Tidak bisa jalan, tidak bisa bicara banyak, hanya meneteskan air mata saat saya datang,” ungkap Cindy saat diwawancarai.

Cindy juga menuturkan bahwa ia sempat dijebak oleh pengacara dari pihak majikan. Mereka menandatangani dokumen berbahasa Inggris tanpa tahu isinya. Belakangan diketahui bahwa dokumen itu menyatakan seluruh biaya pengobatan dan pemulangan akan ditanggung pihak keluarga.

“Kami kira mereka mau bantu, ternyata itu jebakan. Kami disuruh tunggu tiga minggu, tapi tidak ada kabar. Akhirnya kami cari jalan sendiri, dibantu orang baik di Kuala Lumpur yang bawa kami ke KJRI,” jelasnya.

Setelah mengadu ke Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Malaysia, barulah proses pemulangan Ida bisa dilakukan. Ia dibawa dari Penang ke Jakarta, lalu ke Padang, dan akhirnya ke kampung halamannya di Kerinci menggunakan ambulans.

Sesampainya di rumah, kondisi Ida makin memperihatinkan. Ia hanya bisa terbaring lemah, mengenakan diapers, dan sering kehilangan ingatan. Terkadang, dalam kondisi sadar sesaat, ia menceritakan bagaimana dirinya disiksa. Cerita-cerita itu membuat pihak keluarga tak sanggup menahan tangis.

“Kakak bilang, ‘tolong, tolong, takut, takut’. Hati saya remuk. Sekarang dia seperti anak kecil lagi, tidak bisa urus diri sendiri,” kata Cindy pilu.

Keluarga berharap ada tindakan nyata dari pemerintah Indonesia. Mereka meminta keadilan ditegakkan atas kekerasan yang menimpa Ida, meskipun ia berangkat secara non-prosedural. Mereka juga mengharapkan adanya bantuan medis, psikologis, dan finansial agar Ida bisa hidup dengan lebih layak.

“Kami tidak tahu apakah pelaku di Malaysia sudah dihukum. Yang jelas, kami tidak punya kemampuan berjuang sendiri. Kami butuh bantuan,” ujar Cindy.

Kisah tragis yang menimpa Ida adalah satu dari banyak potret kelam buruh migran Indonesia yang berangkat tanpa perlindungan hukum. Ini menjadi panggilan keras bagi pemerintah, agen tenaga kerja, serta masyarakat agar lebih peduli terhadap nasib para pahlawan devisa yang kerap menjadi korban kekerasan dan eksploitasi di luar negeri.(Tim)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *